Judul : Nasyid Bid'ah ?
Penulis : 'Isham Abdul-Mun'im Al Murry
Penerbit : Darul Falah
Jumlah Halaman : 132 hlm/sedang
Penerbit : Darul Falah
Jumlah Halaman : 132 hlm/sedang
Jenis Kertas: HVS
Harga : Rp 8.000,- (Diskon 30%) Rp 5.600,-
Cobaan nasyid-nasyid dengan label Islam termasuk cobaan yang menimpa orang-orang Muslim semenjak lama, meski dengan nama dan sebutan yang berbeda-beda. Pada zaman Al-Iman Asy-Syafi'y Rahimahullah nasyid-nasyid itu disebut dengan at-taghbir, yaitu pembacaan bait-bait syair dengan lirik lagu yang diiringi tabuhan papan kayu atau lainnya, yang biasa dilakukan orang-orang sufi. Kemudian cobaan yang sama berkembang pada zaman sekarang dengan sebutan baru yang menarik hati, yaitu “Nasyid Islamy.”
Mengapa mesti ada tambahan “Islamy” untuk nasyid-nasyid itu? Apakah untuk menyembunyikan hakikatnya sehingga memperdayai para pemuda dan pemudi? Adakah nash syar'iyah yang dapat dijadikan rujukan, sehingga nasyid itu bersumber dari Islam dan merupakan bagian dari Islam? Ataukah itu hanya sebatas istilah yang ngetren pada saat sekarang, lalu ditambah label Islam agar laku di pasaran?
Nasyid artinya lagu, tembang atau nyanyian. Bedanya yang pertama merupakan kosakata Bahasa Arab dan yang kedua kosakata Bahasa Indonesia. Hakikatnya satu dan sama.
Adakah yang salah pada nasyid-nasyid Islamy itu? Bukankah bait-bait syair pernah dibacakan di hadapan Rasulullah dan beliau juga menyimaknya, bahkan beliau pernah meminta sahabat untuk membacakannya? Bukankah nasyid-nasyid Islamy dapat menjadi pengganti dari lagu-lagu yang hampir semua temanya bertutur tentang percintaan?
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul-Qayyim dan juga para ulama zaman sekarang akan mengupas tuntas semua masalah ini
Cobaan nasyid-nasyid dengan label Islam termasuk cobaan yang menimpa orang-orang Muslim semenjak lama, meski dengan nama dan sebutan yang berbeda-beda. Pada zaman Al-Iman Asy-Syafi'y Rahimahullah nasyid-nasyid itu disebut dengan at-taghbir, yaitu pembacaan bait-bait syair dengan lirik lagu yang diiringi tabuhan papan kayu atau lainnya, yang biasa dilakukan orang-orang sufi. Kemudian cobaan yang sama berkembang pada zaman sekarang dengan sebutan baru yang menarik hati, yaitu “Nasyid Islamy.”
Mengapa mesti ada tambahan “Islamy” untuk nasyid-nasyid itu? Apakah untuk menyembunyikan hakikatnya sehingga memperdayai para pemuda dan pemudi? Adakah nash syar'iyah yang dapat dijadikan rujukan, sehingga nasyid itu bersumber dari Islam dan merupakan bagian dari Islam? Ataukah itu hanya sebatas istilah yang ngetren pada saat sekarang, lalu ditambah label Islam agar laku di pasaran?
Nasyid artinya lagu, tembang atau nyanyian. Bedanya yang pertama merupakan kosakata Bahasa Arab dan yang kedua kosakata Bahasa Indonesia. Hakikatnya satu dan sama.
Adakah yang salah pada nasyid-nasyid Islamy itu? Bukankah bait-bait syair pernah dibacakan di hadapan Rasulullah dan beliau juga menyimaknya, bahkan beliau pernah meminta sahabat untuk membacakannya? Bukankah nasyid-nasyid Islamy dapat menjadi pengganti dari lagu-lagu yang hampir semua temanya bertutur tentang percintaan?
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul-Qayyim dan juga para ulama zaman sekarang akan mengupas tuntas semua masalah ini
0 komentar:
Posting Komentar