Judul : Bunker Al-Zaytun
Penulis : 'M. Amin Djamaluddin
Penerbit : Darul Falah
Jumlah Halaman : 140 hlm/sedang
Penerbit : Darul Falah
Jumlah Halaman : 140 hlm/sedang
Jenis Kertas: HVS
Harga : Rp 13.000,- (Diskon 30%) Rp 9.100,-
Teruntuk: Orang-orang atau instansi sipil maupun militer yang membuta tuli, tidak tahu dan pura-pura tidak tahu, tidak peduli dan lepas tangan akan kedzaliman dan kesesatan yang dilakukan oleh sebuah gerakan yang mengatasnamakan Negara Islam Indonesia yang bermarkas di Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.
Ketidakpastian hukum dan tindakan lamban yang dipertontonkan oleh para elit ulama yang katanya bertanggung jawab mengawal akidah umat: atau pun mereka para elit politik dan militer (intelijen) yang selalu mengatasnamakan Nasionalisme.
MPR, MUI, DEPAG, POLRI, BIN dan instansi lainnya yang berkompeten tidak mampu untuk mencegah, bahkan mengobati kedzaliman dan kesesatan yang kian hari semakin meluas dan mengganas.
Akankah mereka terus membuta tuli padahal telah nyata dan jelas kesesatan dan kejahatan yang diakibatkan oleh gerakan NII Al-Zaytun. Argumentasi apa yang membutatulikan hati nurani mereka? Ataukah kejahatan Orde Baru belum selesai?
Di mana hati nurani umat, kapan rakyat bergerak melibas “Sang Konspirator”
Indonesia, 7 Juni 2002
Mantan Korban dan Keluarga Korban
Kejahatan NII Abu Toto AS Panji Gumilang
Jangan menebar angin agar engkau tidak menuai badai. Ibarat ada asap tentu ada api. Peribahasa inilah yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Panji Gumilang alis Abu Toto dengan Pondok Pesantren Al-Zaytun yang megah di Indramayu. Semua mata terpana, decak kekaguman dan pujian seperti tak pernah kehabisan kata. Harum semerbak menebarkan aroma bunga. Tetapi stop dulu! Jangan Anda seperti orang buta, karena aroma bunga yang semerbak itu adalah bunga melati di samping mayat, yang lama kelamaan tentu menjadi bau busuk yang menyengat hidung. Kemegahan itu hanyalah tumpukan sekam; hanyalah kulit yang tiada isinya. Bahkan di bawah tumpukan itu ada api yang siap membakar dan menghanguskan. Memang, orang buta tidak sama dengan orang yang melihat; dan orang tuli tidak sama dengan orang yang mendengar.
Teruntuk: Orang-orang atau instansi sipil maupun militer yang membuta tuli, tidak tahu dan pura-pura tidak tahu, tidak peduli dan lepas tangan akan kedzaliman dan kesesatan yang dilakukan oleh sebuah gerakan yang mengatasnamakan Negara Islam Indonesia yang bermarkas di Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.
Ketidakpastian hukum dan tindakan lamban yang dipertontonkan oleh para elit ulama yang katanya bertanggung jawab mengawal akidah umat: atau pun mereka para elit politik dan militer (intelijen) yang selalu mengatasnamakan Nasionalisme.
MPR, MUI, DEPAG, POLRI, BIN dan instansi lainnya yang berkompeten tidak mampu untuk mencegah, bahkan mengobati kedzaliman dan kesesatan yang kian hari semakin meluas dan mengganas.
Akankah mereka terus membuta tuli padahal telah nyata dan jelas kesesatan dan kejahatan yang diakibatkan oleh gerakan NII Al-Zaytun. Argumentasi apa yang membutatulikan hati nurani mereka? Ataukah kejahatan Orde Baru belum selesai?
Di mana hati nurani umat, kapan rakyat bergerak melibas “Sang Konspirator”
Indonesia, 7 Juni 2002
Mantan Korban dan Keluarga Korban
Kejahatan NII Abu Toto AS Panji Gumilang
Jangan menebar angin agar engkau tidak menuai badai. Ibarat ada asap tentu ada api. Peribahasa inilah yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Panji Gumilang alis Abu Toto dengan Pondok Pesantren Al-Zaytun yang megah di Indramayu. Semua mata terpana, decak kekaguman dan pujian seperti tak pernah kehabisan kata. Harum semerbak menebarkan aroma bunga. Tetapi stop dulu! Jangan Anda seperti orang buta, karena aroma bunga yang semerbak itu adalah bunga melati di samping mayat, yang lama kelamaan tentu menjadi bau busuk yang menyengat hidung. Kemegahan itu hanyalah tumpukan sekam; hanyalah kulit yang tiada isinya. Bahkan di bawah tumpukan itu ada api yang siap membakar dan menghanguskan. Memang, orang buta tidak sama dengan orang yang melihat; dan orang tuli tidak sama dengan orang yang mendengar.
0 komentar:
Posting Komentar