Senin, 26 Agustus 2013

Ketika Bohong Menjadi Prinsip Agama


Apa yang bisa anda simpulkan, ketika bohong kebiasaan hidup seseorang atau menjadi prinsip hidup seseorang. Anda tentu yakin, orang ini akan selalu diwaspadai oleh rekan dan lingkungannya. Karena dia bisa menipu siapapun, kapanpun dan di manapun.
Bagi syiah, taqiyah (baca: berbohong) tidak semata menjadi prinsip hidup. Lebih dari itu, mereka meyakini, taqiyah merupakan amal sholeh yang menjadi sumber pahala. Berbohong demi syiah mereka anggap sebagai amal ibadah mulia yang akan meningkatkan derajatnya.
Mereka bisa memiliki 1000 wajah untuk mengelabuhi masyarakat tentang siapakah sejatinya syiah. Mereka bisa berdusta dan berbohong, kapanpun dan dimanapun, demi pencitraan syiah. Mereka bisa berbohong untuk membangun opini positif di mata publik tentang Iran. Mereka tidak segan berdusta, untuk menarik simpati kaum muslimin terhadap syiah. Mereka bisa berdusta untuk menciptakan kesan, syiah adalah kelompok minoritas yang tertindas. Mereka juga tidak segan berdusta, menampakkan perlawanan terhadap Zionis yahudi di mata dunia, meskipun sejatinya mereka sendiri seperti yahudi.
Siapa sasarannya?
Tentu saja bukan kepada sesama syiah. Bohong ini mereka arahkan kepada kelompok yang mereka anggap sebagai musuh besar syiah, yaitu kaum muslimin ahlus sunnah wal jamaah. Kami, anda, dan seluruh kaum muslimin yang bukan syiah adalah sasaran utama kebohongan taqiyah itu.
Itulah yang menjadi landasan Khomaini untuk memobilisasi masa. Dia menekankan kepada para pengikutnya, kaum muslimin selain syiah sama sekali tidak memiliki kehormatan, layaknya orang kafir. Menipu mereka atau bahkan menumpahkan darah mereka adalah tindakan mulia yang layak dilakukan semua orang syiah.
Dalam bukunya Al-Makasib Al-Muharramah, Khomaini mengatakan,
فلا شبهة في عدم احترامهم، بل هو من ضروري المذهب كما قال المحققون، بل الناظر في الأخبار الكثيرة في الأبواب المتفرقة لا يرتاب في جواز هتكهم والوقيعة فيهم، بل الأئمة المعصومون أكثروا في الطعن واللعن عليهم، وذكر مساويهم… والظاهر منها جواز الافتراء والقذف عليهم.
“Tidak ada lagi keraguan, bahwa mereka (ahlus sunah), tidak memiliki kehormatan. Bahkan itu bagian prinsip penting dalam madzhab syiah, sebagaimana yang disampaikan ulama. Orang yang mempelajari berbagai riwayat yang banyak dalam berbagai kajian yang berbeda, tidak akan ragu tentang bolehnya merusak mereka dan menyakiti mereka. Bahkan para imam maksum, sangat sering mencela, melaknat, serta menghina mereka (ahlus sunah)….dan yang zahir, boleh membuat kedustaan dan melemparkan kedustaan kepada mereka”
[Al-Makasib Al-Muharramah, Al-Khumaini, Muassasah Ismailiyan, cet. Ketiga, 1410 H. Jilid 1, hlm. 251 – 252].
Hal yang sama juga disampaikan Al-Khou’i – salah satu tokoh syiah yang sangat membenci ahlus sunah – ,
… وأما هجو المخالفين أو المبدعين في الدين فلا شبهة في جوازه؛ لأنه قد تقدم في مبحث الغيبة، أن المراد بالمؤمن هو القائل بإمرة الإثني عشر (عليهم السلام)، … ومن الواضح أن ما دل على حرمة الهجو مختص بالمؤمن من الشيعة، فيخرج غيرهم عن حدود حرمة الهجو موضوعاً…. أنه قد تقتضي المصلحة الملزمة جواز بهتهم والإزراء عليهم، وذكرهم بما ليس فيهم افتضاحاً لهم، والمصلحة في ذلك استبانة شؤونهم لضعفاء المؤمنين، حتى لا يغتروا بآرائهم الخبيثة
“Menghina kaum yang menyimpang atau para pelaku bid’ah dalam agama (ahlus sunah), tidak samarnya, hukumnya boleh. Sebagaimana pembahasan ghibah yang telah lewat, bahwa yang dimaksud orang mukmin adalah mereka yang mengikuti prinsip kepemimpinan imam dua belas ‘alaihimus salam,… dan sangat jelas, dalil yang menunjukkan larangan menghina, hanya tertuju kepada orang syiah yang beriman. Sehingga tidak termasuk selain syiah, mereka di luar batas larangan penghinaan.… Berdasarkan tuntutan kemaslahatan yang kuat, boleh memfitnah mereka, melemparkan kedustaan kepada mereka, menyebutkan kesalahan yang tidak mereka lakukan, untuk mempermalukan mereka. Bentuk maslahat dalam hal ini adalah membeberkan keadaan buruk mereka, mengingat kaum muskminin (baca: Syiah) masih lemah. Sehingga syiah yang lemah iman ini tidak tertipu dengan pemikiran buruk mereka…”
[Misbah Al-Faqahah, Al-Khou’i, penerbit Al-Ilmiah, Qom, cet. Pertama, jilid 1, hlm. 700 – 701].
Allahul musta’an, seperti itulah kebencian mereka terhadap kaum muslimin. Berlindunglah kepada Allah, agar anda tidak menjadi salah satu korban kekejaman mereka.

0 komentar:

Posting Komentar