INILAH.COM , Teheran – Seorang ulama Sunni terkemuka di Iran meminta Teheran akhir pekan lalu (27/10) untuk memberikan kebebasan lebih besar dan pengakuan politik bagi minoritas Sunni di Republik Islam Iran.
“Pertanyaannya adalah, mengapa orang Sunni tidak bisa menjadi menteri, wakil menteri, duta besar atau gubernur? Ini adalah hak konstitusional kami untuk diakui dan berpartisipasi dalam penentuan nasib negara kita,” ujar ulama Sunni terkemuka, Molavi Abdol-Hamid, dikutip Sunni Online, yang terbit di Iran.
Meskipun konstitusi Iran secara teknis menjamin hak-hak warga Sunni, namun dalam praktiknya tetap terpinggirkan, termasuk di mana mereka bisa bekerja dan mendirikan masjid. Muslim Sunni di Iran hanya 10 persen dari populasi dan dalam beberapa dekade mereka mengeluhkan tak boleh membangun masjid di kota-kota besar, apa lagi di ibu kota Teheran.
Hanya di provinsi Sistan Baluchistan, provinsi kedua terbesar namun termiskin di antara 31 provinsi Iran, kaum Sunni menjadi mayoritas. Provinsi yang berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan ini merupakan kampung halaman orang Sunni dari etnis Baluchi. Namun Teheran hanya membangun serba sedikit infrastruktur dan perekonomian Baluchistan. Wilayah terpencil ini menjadi sarang penyelundupan narkoba dan senjata.
Provinsi ini dianggap sebagai masalah terbesar bagi keamanan dalam negeri Iran dan menjadi bibit-bibit radikalisme kaum Jundullah (Tentara Tuhan), organisasi yang muncul pada 2002 dan mengklaim sebagai organisasi kaum Sunni Baluchistan.
Pemimpin Jundullah Abdul Malek Rigi dieksekusi pada 2010 setelah ditetapkan sebagai teroris oleh Iran dan AS. Orang ini sebelumnya mengaku bertanggung jawab atas sejumlah serangan teror besar di Baluchistan.
Pekan lalu seorang umat Sunni anggota pemberontak yang terafiliasi dengan Jundullah mengaku bertanggung jawab atas pengeboman bunuh diri yang meledak di kota Chabahar pada 19 Oktober yang menewaskan dua anggota pasukan elit Iran Basij.
Pemimpin kelompok Harakat Ansar Iran yang bernama Jundullah Rigi, yang juga dianggap sebagai pemimpin spiritual kaum Sunni Baluchi, mengatakan bom bunuh diri Operasi CODEC Ra’ad memang sengaja membidik rapat yang digelar tentara elit Iran Basij dan komandan IRGC.
Harakat Ansar menyerukan warga Baluchi setempat untuk bergabung dalam serangan itu, karena kaum Sunni terpinggirkan dan menjadi miskin karena ulah Teheran. Tentu saja Teheran membantah tuduhan ini, dan menyatakan Israel membantu pemberontak Baluchi melakukan pemboman itu.
“Kaum Sunni diberi dukungan logistik oleh mata-mata rezim Zionis dan melakukan tindakan makar,” ujar anggota parlemen Iran Mohammad Reza Mohseni Thani dari Komisi Keamanan Parlemen Iran, seperti ditulis kantor berita Iran pekan lalu.
Anggota parlemen Iran lainnya Mohammad Hassan Asafari mengatakan kepada kantor berita ISNA bahwa Ansar Iran berupaya memicu perang antara Shiah dan Sunni. Sepertinya umat Islam yang terbagi dalam mazhab Sunni-Shiah, dan banyak aliran lainnya, makin mudah tergesek oleh isu-isu yang dihembuskan orang luar dan mudah sekali terprovokasi. [mdr]
http://m.inilah.com/read/detail/1921213/gesekan-shiah-sunni-makin-merebak-di-iran
0 komentar:
Posting Komentar