Selasa, 15 Juli 2014

Penjelasan Syaikh Al-Maqdisi tentang Khilafah oleh ISIS dan Tidak Adanya Kewajiban Bai’at kepada Mereka



وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
DAN JANGANLAH KALIAN SEPERTI SEORANG PEREMPUAN YANG MENGURAIKAN BENANGNYA YANG SUDAH DIPINTAL DENGAN KUAT, MENJADI CERAI BERAI KEMBALI

بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah, wa ba’du…
Khilafah dan Imamah adalah kedudukan penting dan agung bagi umat Islam. Orang-orang Islam yang tulus senantiasa berupaya untuk mengembalikan dan menegakkannya. Namun upaya mereka diwarnai oleh tindakan sebagian kelompok Islam yang tergesa-gesa dalam urusan khilafah dan pengangkatan khalifah. Mereka menjadikan imam yang memimpin umat Islam adalah sosok yang tidak memiliki kekuasaan maupun otoritas. Bahkan kabar ini (Deklarasi Khilafah) telah sampai ke London dan mereka menyeru orang-orang untuk berbai’at dan berdosa bila enggan membai’at khalifahnya.
Sementara itu, kelompok lain menyempitkan masalah ini dengan klaim Al-Mahdi sudah berada di antara mereka. Tidak diragukan lagi, ini merupakan upaya pencarian khalifah yang keliru dan tidak bisa diterima oleh manusia sebagai pemimpin.
Upaya seperti itu dan sejenisnya tidak memiliki tempat di bumi kenyataan di antara kaum muslimin secara umum. Sebab, itu hanyalah label dan khalifahnya dipilih dari kelompok dan perkumpulannya saja. Ia tidak dipilih oleh Ahlul Halli wal Aqdi yang mewakili umat yaitu para ulama rabbani. Bentuk seperti ini biasanya akan lenyap dan rusak dengan sendirinya tanpa mempengaruhi kaum muslimin atau mengubah keyakinan mereka tentang kedudukan yang tinggi ini.
Adalah kelompok yang hanya banyak pidato dengan nada tinggi, dan memakai pendekatan ancaman dan pembasmian terhadap siapa saja yang menyelisihi. Mereka tidak mengindahkan kata-kata ulama umat dan senior mereka, serta mengklaim ingin menegakkan syariat di tengah-tengah umat, namun tidak menerima tuntutan peradilan dalam sengketa, pembunuhan, dan pengambilan harta orang lain!
Kemudian mereka unggul dalam beberapa hal di kampung-kampung umat Islam (Irak). Namun, sebelum semua urusan ditangani, serta masyarakat muslim dan para ulama yang mulia berkumpul di negeri itu (maksudnya Irak), mereka (ISIS) telah meneriakkan wajibnya bai’at kepada khalifahnya. Sang Khalifah pun menyeru kepada umat Islam di seluruh dunia tentang wajibnya hijrah ke negerinya.
Orang yang tidak memenuhi seruan itu disebut telah berdosa, hingga kami perlu menyampaikan fatwa Imam Malik tentang batal atau tidaknya talak yang disebabkan oleh paksaan untuk berbai’at. Ada kabar yang sampai kepada saya bahwa banyak istri diancam para suaminya, untuk memilih cerai atau bai’at kepada khalifah ini. Maka saya jawab, berbai’atlah bila kalian tidak ingin ditalak. Bai’at yang dipaksa itu tidaklah mengikat.
Sudah maklum bahwa Imam Ahmad berpendapat bila wanita mendapatkan paksaan dari suaminya dengan ancaman cerai maka talaknya berlaku. Saya perlu menyebutkan pertanyaan dan fatwa seperti ini karena telah muncul orang-orang yang keras kepala, menekan umat Islam, menakut-nakuti mereka dengan pedang ancaman dosa dan kafir, dan ditambah lagi dengan ancaman talak kepada istri-istri mereka.
Yang lebih berbahaya daripada ancaman cerai ini, menurut saya, adalah apa yang menuntut saya untuk menulis kalimat-kalimat ini. Yaitu yang berdampak pada perpecahan antara sesama mujahidin dari kelompok dan pemimpin mereka, dan hal-hal membingungkan mereka oleh isu yang dihembuskan di tengah-tengah barisan. Barisan mujahidin heboh ketika juru bicara resmi mereka membuat pernyataan:
“Pesan kami kepada seluruh kelompok dan jamaah di muka bumi ini seluruhnya, para mujahidin, para aktifis yang membela agama Allah dan yang mengangkat syiar-syiar Islam; kepada para panglima dan para pemimpin, kami katakan: Bertakwalah kalian kepada Allah pada diri kalian. Bertakwalah kalian kepada Allah pada jihad kalian. Demi Allah, kami tidak mendapatkan udzur syar’i bagi kalian bila kalian tidak mendukung Daulah ini.”
“Kalian wahai tentara kelompok dan organisasi mana pun, ketahuilah bahwa setelah tamkin dan tegaknya khilafah ini, gugurlah keabsahan jamaah dan organisasi kalian. Tidak halal bagi seorang pun di antara kalian yang beriman kepada Allah dia bermalam semalam saja, dalam kondisi tidak memberikan loyalitas kepada Khalifah,” tambahnya.
Perhatikanlah bagaimana mereka membatalkan jihad para mujahidin dan seperti apa orang yang mengikuti menghasut orang yang diikuti; murid menghasut gurunya. Konspirasi apa lagi ini yang akan memecah belah barisan mujahidin dan mengabaikan pernyataan-pernyataan mereka?
Kami katakan kepada saudara-saudara kita mujahidin dan pendukung mereka di seluruh dunia, dengarkanlah firman dan panggilan Allah ini:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan janganlah kalian membatalkan amal-amal kalian.” (Qs. Muhammad: 33).
“Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (Qs. An-Nahl: 92)
Bersatulah kalian di bawah pemimpin, panutan, dan senior kalian. Janganlah kalian menganggap enteng pengaruh seruan orang-orang yang berusaha memecah barisan kaum muslimin, yang melihat bahwa tidak ada kebenaran kecuali pada diri mereka, sedangkan setiap orang yang tidak mengikuti mereka lantas menjadi musuh.
Bahkan, mereka menggunakan dan senantiasa menggunakan—saya tidak tahu apakah karena sengaja, bodoh, atau pura-pura lupa— cara-cara konspirasi keji terhadap gerakan jihad yang diberkahi ini, khususnya, dan umat Islam umumnya. Mereka memakai kedok proyek Islam yang mendasar! Sehingga, banyak umat Islam tertipu.
Saya tidak meragukan keikhlasan banyak orang di antara mereka serta semangat keislamannya. Akan tetapi, saya meragukan kesehatan akal dan kedalaman pemahaman serta ilmu mereka. Sebab, orang yang berakal itu tampak jelas akalnya.
Keras kepalanya para pemimpin organisasi ini, kedangkalan, ketergesa-gesaan, pendeknya pandangan, dan penolakan terhadap arahan para ulama, membuat mereka selalu membuka konspirasi terhadap gerakan jihad. Padahal mereka dibesarkan oleh buku-buku para ulama ini dan sampai sekarang pun masih mempelajarinya. Kemungkinan disebabkan oleh penetrasi orang-orang yang menyimpang, ekstremis dan sejenis mereka, organisasi ini selalu dan senantiasa membuka konspirasi terhadap gerakan jihad ini dengan berbagai cara, di antaranya:
  • Menghabisi setiap mujahidin senior dan orang-orang terpilih di antara mereka yang dianggap akan menjadi penghalang bagi mereka untuk memetik buah jihad di Suriah, sehingga tidak ada di lapangan yang mengganggu orang-orang yang keras kepala, bodoh, dungu, dan lalai.
خَلاَ لَكِ الْجَوًّ فَبِيْْضِيْ وَأَصْفَرِي وَنَقْرِي مَا شِئْتِ أَنْ تُنقّرِي
“Peluang telah terbuka untukmu. Silakan bertelur, memangsa dan mematuk selama Anda punya pelatuk.”
  • Menjatuhkan kredibilitas para tokoh dan ulama gerakan jihad yang tidak sepakat dengan pilihan organisasi ini, dan tidak mendukung kekerasan, pelanggaran, dan kecatatan mereka.
  • Membelokkan arah kompas gerakan jihad dan memecah-mecah wilayah konflik dengan para penguasa thaghut; membalikkan peluru dari dada musuh umat ke dada generasi mujahidin yang tulus atau kepada kaum muslimin awam, dengan berbagai tuduhan, alasan, dan generalisasi bagi setiap orang yang menyelisihi tidak akan selamat dari ancaman.
  • Mencerai-beraikan umat Islam dan memalingkan mereka dari proyek Islam. Merusak setiap bibit kesadaran umat yang mulai memahami tugasnya, memalingkan mereka dari dukungan kepada gerakan jihad dengan buruknya perilaku dan praktik di lapangan, buruknya muamalah dengan manusia di setiap tempat.
  • Mendistorsi proyek Khilafah dan Daulah Islamiyah di dada umat Islam, dengan tingkah laku mereka yang keras kepala, berlebih-lebihan, dan menumpahkan darah. Padahal inilah yang dahulu membuat orang awam lari dari proyek ini selama bertahun-tahun setelah pengalaman jihad sebelumnya banyak diwarnai tindakan negatif, pelanggaran dan penyimpangan.
  • Dengan deklarasi mereka yang terakhir—seperti disebutkan sebelumnya, mereka semakin beringas memecah belah barisan orang-orang yang bekerja untuk dien ini, mencerai-beraikan barisan mujahidin, dan membatalkan jamaah-jamaah mereka yang bergerak untuk agama Allah, membuat pengikut tidak taat kepada pemimpin, dan murid lancang kepada guru mereka!
Apakah kalian mengira saya akan putus asa dari buah-buah gerakan jihad ini dan putra-putranya hanya karena klaim khilafah? Apakah bangunan khilafah di sebuah bagian di bumi ini mengharuskan hancurnya dakwah dan jihad di seluruh wilayah lain? Apakah kalian mengiran semua jamaah mujahidin akan terpecah belah dan para anggotanya lancang kepada guru-guru mereka di semua medan jihad?
Deklarasi khilafah itu adalah konspirasi lain terhadap gerakan jihad yang diberkahi dan kelompok-kelompok yang ikhlas. Ringkasnya, mereka memberikan pilihan: bersama kami, atau kami akan menghembuskan perpecahan di barisan kalian. Kami akan bekerja untuk mencerai-beraikan barisan kalian.
Itu adalah cara yang dipakai oleh kaum anarkis di negara kita saat memaksakan diri pada orang lain untuk ikut dalam suatu permainan. Ada ungkapan mereka, “Bermain atau hancur!” Yakni, harus ikut dan menerima permainan secara total atau hancur oleh permainan itu.
Akhlak seperti itu hanya cocok untuk anak-anak berandal jalanan, dan tidak layak sama sekali bagi orang yang mengaku berdakwah dan jihad. Bagaimana jika pilihan yang dipaksakan oleh mereka adalah mereka yang memimpin permainan itu dan mengarahkannya sesuai kemauan, kebodohan, dan kekerasan kepala mereka atau mereka akan menghancurkan dan merusaknya? Atau dengan makna lain, mereka yang memimpin atau hancur!
Sejatinya, itulah yang paling berbahaya dalam deklarasi mereka yang terakhir itu. Seperti saya katakan sebelumnya, saya tidak masalah dengan pengumuman khilafah mereka di Syam, Irak, atau London! Hanya saja, yang saya khawatirkan adalah dampaknya. Dan kenyataannya memang demikian!
Kami bukanlah memusuhi upaya penegakan khilafah. Justru kami mendukung, menyeru, dan bekerja untuk menegakkannya, dan berusaha mengembalikannya. Akan tetapi, khilafah adalah proyek untuk menjaga kesatuan kaum muslimin, bukan untuk merusak, memecah belah, dan mencerai-beraikan barisan mereka.
Demikian pula seorang imam, seperti dikabarkan oleh Rasulullah, “… (imam) adalah perisai yang melindungi orang yang berperang di baliknya dan melindunginya.” (HR Muslim). Imam adalah perisai dan penjaga bagi kaum muslimin dari setiap bahaya, bukan pengundang bahaya. Khilafah wajib menjadi tempat berlindung dan aman bagi setiap muslim, bukan ancaman, dan intimidasi, dan penebar ketakutan di setiap kepala manusia.
Mereka (ISIS) telah membatalkan bai’at awalnya kepada pemimpin mereka dan memberontak kepada amir-amir mereka (Al-Qaeda). Menjelek-jelekkan senior mereka, ketika mengumumkan daulah yang pertama (Daulah Islam Irak: 2006 [ISI]). Dan ketika mereka mengumumkan yang kedua (ISIS: 2013), mereka menumpahkan darah yang diharamkan, dan menolak tahkim kepada syariat. Karena itu, kami wajib mempertanyakan, apa yang akan mereka lakukan setelah deklarasi khilafah (2014)?
Ulah mereka yang paling berbahaya bagi dakwah hingga hari ini adalah memecah-belah kaum muslimin, dan giat menghancurkan barisan jamaah jihad dan dakwah, setelah mereka memecah belah kaum muslimin secara umum, dengan pilihan bersama mereka atau menjadi musuh. Orang yang lemah di antara kaum muslimin tidak mereka kasihani, dan tidak memberi maaf kepada siapa saja yang bergabung dengan kelompok mana saja di Suriah.
Bahkan, setiap orang yang menyelisihi mereka, dianggap sebagai pengkhianat, pelepas bai’at, saluli(plesetan keluarga Saud, maksudnya antek penguasa Saudi), sururi (dinisbatkan kepada Muhammad Surur (tokoh Ikhwanul Muslimin), shahawat, berbaris dengan shahawat, pecinta shahawat, atau berfoto, berjalan bersama shahawat dan seterusnya.
Mereka bersiap untuk membunuh siapa saja yang tidak berbai’at, dan menebarkan ancaman akan menahan istri-istri orang yang menyelisihi!! Kami belum mendapati mereka melakukan ini, bila benar-benar mereka lakukan, niscaya kami ungkap cerita ini. Dan kami memohonkan perlindungan kepada Allah bagi para muslimah dari keburukan yang luar biasa ini.
Pada hari ini ketika mereka mengajak orang agar memisahkan diri dari jamaahnya untuk berbai’at dan hijrah kepada mereka. Mereka tahu bahwa mayoritas orang yang menerima seruan itu adalah orang-orang yang dangkal pemikirannya. Mayoritas yang mendengarkan mereka adalah orang-orang yang berlebih-lebihan (ghulat) juga. Mereka adalah orang-orang yang menang semangat dan bangga dengan cara pandang sendiri. Mereka mengutamakan kebodohan daripada ilmu. Dan membangun khayalan-khayalan, lalu menggembar-gemborkan di tengah-tengah pengikutnya, untuk mencerai-beraikan orang-orang yang bijak, ulama dan orang yang berakal.
Maka, hakikat seruan mereka kepada orang-orang agar melepaskan bai’at jamaahnya merupakan tindakan yang merusak gerakan jihad, memecah belah organisasi jihad, mencerai-beraikan barisan mujahidin. Inilah yang mendorong kami mengungkap ada apa di balik deklarasi khilafah itu. Kita tidak menilai mereka dari kalangan awam mereka. Kita telah melihat ancaman sebelum pengumuman khilafah: bersama kami atau menjadi musuh kami. Lantas bagaimana setelah deklarasi?
Khilafah mestinya menjadi kenikmatan bagi kaum muslimin dan surga yang hilang bagi mereka. Mereka sedang mencari itu. Maka jangan jadikan khilafah sebagai neraka bagi mereka dan menambah keputus-asaan.
Khilafah adalah impian kaum muslimin. Mereka berusaha mewujudkannya. Janganlah kalian perburuk impian indah ini dengan memenggal kepala orang yang menyelisihi dan mengeluarkan isinya!! Bila kalian benar-benar tulus, wujudkanlah kekhilafahan itu dengan rahmat bagi kaum muslimin dan menolong orang yang lemah.
Kalian sedang bermigrasi sebagaimana orang lain juga demikian. Maka tetaplah dengan peringatan yang baik, bukan menyebarkan keburukan. Dan bersama-samalah dalam membangun pilar-pilarKhilafah Islamiyah Ar-Rasyidah, bukan bughat yang sesat dan berpaling. Bersama-samalah dalam hal yang orang-orang Islam dan jamaah-jamaah mereka belum lengkap, bukan mencerai-beraikan mereka. Bersama-samalah dalam menolong orang-orang yang lemah dan mengangkat yang tumbang di antara mereka, bukan malah menambahnya. Bersama-samalah dalam melindungi darah kaum muslimin, bukan malah mengalirkannya.
Diriwayatkan Imam Ahmad, Muslim, dan Nasai dari Abu Hurairah secara marfu’:
مَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي، يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا. وَلاَ يَتَحَاشَ مِنْ مُؤْمِنِهَا، وَلاَ يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهَ، فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ
“Barang siapa keluar untuk memerangi umatku, memukul (membunuh) orang yang baik dan orang yang jahat tidak mempedulikan orang-orang yang mukmin, tidak memenuhi janji terhadap orang yang telah berjanji (gencatan senjata) maka orang itu bukan termasuk umatku dan aku bukan termasuk golongannya.”
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik berkata kepada seorang tabiin yang zuhud Salamah bin Dinar Al-Mudni (Abu Hazim):
“Wahai Abu Hazim, apa pendapatmu tentang kekuasaan saat ini?”
“Apakah engkau akan memaafkan aku, wahai Amirul Mukminin?”
“Berikanlah nasihat kepadaku.”
“Bapak-bapakmu telah mencuri hak manusia dalam perkara ini (kekuasaan). Mereka mendapatkan kekuasaan dengan pedang tanpa musyawarah dan mengumpulkan pendapat orang. Mereka telah melakukan pembunuhan besar-besaran untuk mendapatkan kekuasaan. Mereka telah berlalu. Maka sebagai pelajaran, alangkah baiknya bila engkau merasakan apa yang mereka katakan atau kata orang tentang mereka (bapak-bapaknya).”
“Buruk sekali kata-katamu!” kata seorang yang hadir di situ.
“Kamu bohong! Allah ta’ala mengambil perjanjian dari para ulama perjanjian agar dijelaskan (kepada umat),” jawab Abu Hazim.
Jika pendapat anak kecil dan ajaran orang-orang bodoh telah diagungkan, maka itulah kehancuran…
Ada aturan bagi setiap orang dalam masyarakat dan hancurnya anak muda adalah melanggar aturan…
Dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW, bersabda, “Imam itu perisai, orang-orang berperang dan berlindung di belakangnya.” (HR Bukhari)
Nabi SAW masih menjadi imam kaum muslimin, bahkan pemimpin dunia. Kepemimpinan beliau tidak untuk memecah belah kaum muslimin, tetapi untuk menyatukan mereka. Kepemimpinan beliau bukan untuk menggelindingkan kepala orang-orang yang terlindungi darahnya dengan peluru, atau memenggalnya dengan pedang. Kepemimpinan beliau tidak untuk memisahkan kepala-kepala mereka, melainkan untuk melindunginya, menjaga akal, mengembangkan, dan mengangkatnya ke derajat yang tinggi. Agar dengan akal itu manusia selamat dari perkara-perkara yang hina.
Bahkan beliau berusaha menyelamatkan kelompok-kelompok militan, yang karena keadaannya tidak memungkinkan untuk berbai’at kepada Nabi SAW dan masuk di bawah wilayah politik beliau, seperti kelompok Abu Bashir pada masa perjanjian Hudaibiyyah. Demikian pula orang-orang yang melawan Al-Aswad Al-Ansi setelah mengkudeta pegawai Rasulullah di Yaman.
Tidak ada seorang pun dari mereka yang mengklaim jihad beliau batal, menyerukan hijrah terbatas, dan meninggalkan medan amal dan hijrah beliau. Mereka tidak menyatakan bahwa orang yang tidak mau bergabung dengan mereka berdosa, menebar ancaman, memecah belah, atau menganggap batal semua kelompok lain. Sebaliknya, mereka tetap fokus pada pekerjaan hingga mendapatkan kemenangan dan bergabung dengan negeri Islam.
Demikian pula pada zaman khilafah, tidak ada khilafah yang dibentuk untuk membatalkan jihad mujahidin, memecah belah mereka, atau menyeru mereka untuk melakukan perlawanan terhadap para guru, tokoh, dan ulama mereka di negeri yang keluar atau memisahkan diri dari khilafah. Sebaliknya, para ulama menyerukan agar mereka teguh pada manhaj mereka, didukung khilafah dan saling berkirim surat. Khilafah tidak menyeru mereka agar meninggalkan medan jihad mereka, membatalkan jamaah mereka, dan tidak menganggap dosa siapa pun yang tidak bergabung.
Sejarah telah merekam kemuliaan dan keteguhan kelompok-kelompok Islam dengan pemimpin dan ulama di suatu negeri yang terpisah dari khilafah; keluar dari wilayah hukum dan bai’atnya, dan tempat tinggal mereka masuk ke dalam kekuasaan Dinasti Ubaidiyyin, Tartar, maupun Tentara Salib.
Oleh karena itu, kami memperingatkan masyarakat Muslim dan tokoh-tokoh mereka dari seruan yang memecah belah barisan, menggoyahkan bangunan, dan memporak-porandakan mujahidin. Kami menyeru mereka agar tidak terpengaruh oleh ancaman pemikiran, moral, dan perasaan yang dihembuskan oleh para penyeru kepada perpecahan. Tetaplah teguh pada perjanjian, dan bersatu di bawah pemimpin kalian untuk menampakkan kebenaran, tanpa takut kepada orang yang menyelisihi atau yang tidak peduli hingga urusan Allah datang.
Saya akhiri beberapa peringatan ini:
  • Imam Al-Haramain dalam bukunya, Ghiyatsul Umam fie At-Tiyats Adh-Dhulm, mengatakan : “Jika suatu zaman kosong dari imam dan kekuasaan yang memiliki keberanian, kekuatan, dan keilmuan, maka semua urusan (kaum muslimin) diwakilkan kepada para ulama. Semua masyarakat dengan berbagai tingkatannya harus merujuk kepada ulama mereka dalam setiap urusan hukum dan mengikuti pendapat mereka. Bila mereka melakukan itu, maka mereka mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar. Ulama suatu negeri menjadi pemimpin kaum muslimin. Bila mereka sulit bersatu pada satu ulama, maka penduduk setiap wilayah dan tempat mengikuti ulama masing-masing. Bila dalam satu wilayah banyak ulamanya, yang diikuti adalah yang paling tinggi ilmunya.”
Orang-orang yang mengumumkan khilafah hari ini kondisinya lebih lemah daripada itu. Sebab deklarasi itu tidak didukung dan tidak dikuatkan, atau tidak ada satu pun ulama rabbani yang condong kepada mereka secara akidah, manhaj, rujukan, dan pemikiran. Maka hendaknya orang yang cerdas merenungkan hal ini baik-baik. Mengapa mereka kehilangan kepercayaan ulama yang tulisan dan buku-bukunya mereka pelajari? Mengapa para ulama itu berpaling dan tidak mendukung? Padahal para ulama itu tidak takut celaan siapa pun (untuk mendukung kebenaran). Ini harus dijawab!
  • Khilafah tidak dapat dicapai dengan klaim, nama tanpa realita, ataupun angan-angan saja, tetapi dengan realisasi di bumi nyata. Ketika Umar menamai Abu Bakar sebagai khalifah, maka Abu Bakar tidak langsung menjadi khalifah hanya dengan nama itu saja. Tetapi, Beliau tidaklah menjadi khalifah secara nyata kecuali setelah dibai’at oleh mayoritas sahabat dan urusan kaum muslimin diserahkan kepadanya tanpa ada yang protes.
Maka setiap amir yang tidak diakui oleh jamaah kaum muslimin dan tokoh mereka dari kalangan ulama rabbani maka ia adalah amir jamaah atau amir wilayahnya yang terbatas, bukan Amirul Mukminin secara keseluruhan atau khalifah seluruh kaum muslimin. Orang yang tidak berbai’at dan hijrah kepadanya tidaklah berdosa. Sebab, keengganan para ulama tepercaya untuk mendukung kelompok berlabel khilafah seperti ini menunjukkan bahwa jamaahnya bukanlah jamaah yang dipercaya dalam urusan agama dan dunia.
  • Harus dikatakan bahwa seandainya di medan jihad tidak ada kecuali jamaah ini saja, niscaya para ulama berdasarkan ilmu mereka berbondong-bondong mendukung amirnya karena mereka pun menginginkan amir yang paling mewakili mujahidin. Tidak diragukan bahwa mereka lebih mewakili daripada para thaghut dan penguasa murtad. Tetapi medan jihad di sana penuh dengan kelompok perang yang berkompetisi di dalamnya. Beberapa kelompok memiliki kekuatan dan jumlah seimbang. Dan ada kelompok yang lebih unggul dalam manhaj dan kepemimpinan. Maka tidak wajib menduhulukan yang kurang unggul daripada yang lebih unggul.
  • Terakhir, kami tidak akan pernah berhenti mengoreksi jamaah Daulah. Dan kami tidak ingin musuh-musuh Islam bergembira dengan kata-kata kami. Atau mereka mengira bahwa kami akan bergabung dalam barisan mereka yang sejatinya musuh-musuh Islam itu tidaklah melawan jamaah Daulah, melainkan melawan proyek daulah dan khilafah Islam sesungguhnya. Kami tidak akan membuat mereka gembira dengan apa yang kami tulis.
Kami menulis tidak untuk menggembirakan musuh Islam. Kami berlindung kepada Allah bila ada kesepakatan atau proyek barter kepentingan di antara kami dengan mereka. Apa yang kami tulis dan katakan ini adalah kewajiban kami sebagai pengemban amanah ilmu untuk menyampaikan perkataan yang benar, serta mendukung ahlul haq dan kelompok-kelompoknya.
Di luar itu, kami tidak peduli siapa yang suka atau benci kepada perkataan kami. Tidak peduli siapa yang menerima dan siapa yang kerongkongannya tersumbat. Bila ridha manusia dan kehormatan yang kami cari, dengan tulisan dan perkataan kami, maka kami pasti berlayar dalam perahu Daulah, lalu mereka membawa kami terbang ke angkasa dan mengangkat kami di atas setiap kepala bahkan di atas awan.
Namun, kami tidak menginginkan itu demi membela kebenaran. Kami lebih memilih berlayar ke arah berlawanan dengan mereka meskipun ini sulit dan berat. Kami tidak akan mundur meskipun mereka menghinakan kami. Atau memberondong kepala kami dengan peluru dan mengeluarkan isinya!!
Persoalannya adalah bahwa jamaah Daulah, para pemimpin, dan juru bicaranya setiap hari mendebat kami sehingga kami terpaksa menanggapi mereka. Bila tidak, kami pasti berhenti mengeluarkan pernyataan. Perang ini tidak dideklarasikan untuk melawan jamaah Daulah dengan minimal saya sebagai pihak yang memusuhinya. Bukan itu! Kebenaranlah yang saya dukung dan saya mengeluarkan pernyataan ketika diperlukan. Sebab, mengakhirkan penjelasan saat dibutuhkan itu tidak boleh. Dan merekalah yang memaksa kami setiap saat, sehingga tidak ada jalan bagi kami untuk diam.
Ya Allah, kami memohon petunjuk, bimbingan, ketabahan, dan akhir yang baik. Semoga salam dan shalawat dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad saw beserta keluarga, dan para sahabat seluruhnya.
Abu Muhammad Al-Maqdisi
13 Ramadhan 1435 H
Sumber : Tawhed.ws
Diterjemahkan oleh : Kiblat.net
logo-muqawamah-189x177

0 komentar:

Posting Komentar