Harga :
Deskripsi : x + 170 hal. (S)
Bolehkah bertawassul melalui Nabi atau para wali? Bolehkah meminta kepada Nabi agar beliau berdoa kepada Allah untuk kebaikan kita dari dalam kuburnya? Saat pertanyaan tadi dijawab dengan, Tidak boleh! seringkali akan berlanjut dengan sanggahan, Bukankah orang-orang yang mati syahid itu hidup dan diberikan rizki di dalam kuburnya, apalagi NabiShallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Bertemu seorang camat tanpa melalui asistennya saja sulit, belum lagi kalau mau minta bantuan, apalagi meminta kepada Allah! Sudah selazimnya bertawassul melalui orang yang dekat dengan yang dituju! Keberatan dan selentingan seperti ini, acap kali bahkan terlalu sering kita dengar dari sebagian kaum muslimin, bahkan mereka yang dianggap berilmu. Yang lebih mengganggu lagi justru mereka yang seringkali melontarkan keberatan seperti ini adalah orang-orang yang mengaku sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Padahal, apabila kita telaah dengan seksama; dengan hati yang ikhlas bahwa agama itu hanya milik Allah semata dan didorong oleh kejujuran ilmiyah, maka kita akan mendapatkan bahwa bertawassul dengan dzat dan kedudukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, atau meminta kepada beliau untuk berdoa kepada Allah, adalah bid'ah bahkan merupakan perbuatan syirik. Tapi perlu diingat, ini bukan wacana debat, tetapi dalam rangka saling menasihati di jalan Allah. Tentu saja bukan hanya ini bentuk-bentuk tawassul yang dilarang. Penulis buku ini membahas jenis-jenis tawassul yang dilarang dengan detil dan menyeluruh, disertai dengan dalil-dalil, dan pendapat ulama-ulama Ahlus Sunnah. Dan tidak hanya mengoreksi kebatilan tawassul bid'ah dan syirik, penulis juga memberikan serangkaian solusi dengan menjelaskan tawassul-tawassul yang disyariatkan dan dibolehkan. Lebih dari itu semua, risalah ini dilengkapi dengan fatwa-fatwa yang berkaitan dengan tema, sehingga menjadi semacam jawaban yang sangat urgen dan menyeluruh tentang kegamangan masalah tawassul.
0 komentar:
Posting Komentar