Senin, 01 September 2014

Sejarah Lahirnya Syiah Rafidhah



Rafidhah lahir kepermukaan ketika seorang yahudi bernama Abdullah bin Saba’ hadir dengan mengaku sebagai seorang muslim, mencintai Ahlul Bait (keluarga nabi), berlebihlebihan di dalam menyanjung Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan mendakwakan adanya wasiat baginya tentang kekhalifahannya, yang pada akhirnya ia mengangkatnya sampai ke tingkat ketuhanan. Kemudian idiologi seperti inilah yang akhirnya diakui oleh buku-buku syi’ah itu sendiri.

Al-Qummi pengarang buku Al-Maqalaat wal firaq mengaku dan menetapkan akan adanya Abdullah bin Saba’ ini, dan menganggapnya orang yang pertama kali menobatkan keimaman (kepemimpinan) Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu serta munculnya kembali (di hari akhirat nanti) di samping ia juga termasuk orang yang pertama mencela Abu Bakar, Umar, Ustman dan sahabatsahabat yang lainnya.1

Begitu juga An-Naubakhti dalam bukunya Firaqus syi’ah2, Al-Kasyi dalam bukunya yang terkenal Rijalul-Kasyi3, mengakui akan hal ini, dan sudah menjadi aksiomatif, bahwa pengakuan adalah bukti yang paling kuat, ditambah lagi mereka adalah pembesarpembesar Rafidhah.

Al-Baghdadi berkata: “Assabaiyyah adalah pengikut Abdullah bin Saba’, yang berlebihlebihan di dalam mengagung-agungkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, sehingga ia mendakwakannya sebagai seorang nabi, sampai kepada pengakuan bahwa dia adalah “Tuhan”.

Masih dikatakan oleh Al-Baghdadi: Seorang peranakan orang hitam maksudnya adalah Abdullah bin Saba’, sebenarnya ia seorang yahudi dari penduduk Hirah, berupaya menampakkan keIslamannya, dengan demikian ia bisa menempati suatu kedudukan dan kepemimpinan pada Ahli Kufah, oleh karena itu ia mengatakan kepada Ahli Kufah bahwa ia mendapatkan dalam kitab Taurat, bahwa setiap nabi memiliki washi (seorang yang diwasiati untuk menjadi khalifah atau imam). Dan Alilah orang yang mendapatkan wasiat langsung dari nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.

Ash-Syahrastani menyebutkan tentang Ibnu Saba’ bahwa : “Ia adalah orang yang pertama kali memunculkan pernyataan keimaman Ali bin Abi Thalib, dengan adanya wasiat tentang itu.”

Dan menyebutkan pula tentang “Saba’iyyah (pengikut Ibnu Saba’) bahwa ia adalah merupakan sekte yang pertama yang menyatakan tentang hilangnya imam mereka yang kedua belas dan akan muncul kembali di kemudian hari.”

Pada masa berikutnya idiologi seperti ini diwarisi oleh orang-orang syi’ah, meskipun mereka ini (syi’ah) terbagi menjadi bermacammacam sekte.

Dapat disimpulkan bahwa pernyataan tentang keimaman Ali bin Abi Thalib dan kekhalifahannya dengan adanya wasiat langsung dari nabi adalah peninggalan yang diwariskan oleh Ibnu Saba’.

Setelah itu syi’ah berkembang biak menjadi beberapa sekte, dengan berbagai macam idiologi yang banyak sekali.

Dengan demikian jelaslah, bahwa Saba’iyyah adalah orang-orang yang membuat idiologi-idiologi tersebut seperti adanya wasiat kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan munculnya kembali imam mereka yang kedua belas dikemudian hari.


Hilangnya imam ini dan penuhanan para imam-imam mereka sebagi bukri pengekoran mereka kepada Ibnu Saba’ seorang yahudi.4
============
1 Al-Maqaalat Wal Firaq, Al-Qummi hal : 10-21
2 Firaqus Syiah hal : 19-20
3 Rijahul-Kisyi hal : 170-171
4 Ushul I’tiqaad Ahlus Sunnah Waljama’ah hal : 1/22- 23

Penulis : Syeikh Abdullah bin Muhammad As-Salafi
Alih Bahasa: Abu Salman
Penerbit : Pustaka Ash-Shaqiyyah Bandung
Judul Asli: Min ‘Aqoidisy Syi’ah.
Penterjemah: Abu Salman.

Muraja’ah: Abu Qudamah.


0 komentar:

Posting Komentar